Perancangan Buku Edukasi Pengembangan Kecerdasan Emosi Remaja Usia 15-19 Tahun dengan Ilustrasi Simbolik


Karya ini masuk kedalam pameran SSN- Sharing Screening Networking ” Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa IKJ”

Detail Karya Mahasiswa:

Pembimbing I: Saut Irianto Manik, M.Sn.
Pembimbing II: Kendra Hanif Paramita, S.Sn.

 


Deskripsi Karya

Latar Belakang.

Usia 15-19 tahun adalah masa dimana anak-anak remaja mulai memasuki tahap pubertas/pematangan dengan kata lain bahwa remaja adalah masa peralihan masa kanak-kanak ke dewasa. Pada tahap ini terjadi perubahan fisik serta psikologis manusia yang berkembang secara cepat sehingga remaja cenderung berbuat spontan tanpa tahu akibatnya, namun hasil yang dipetik dari apa yang diperbuat remaja akan selalu ditelaah, pengalaman baik maupun buruk yang dialami akan selalu diingat dan dapat membawa pengaruh (negatif dan positif) pada hidupnya. Adanya lingkungan yang baik akan memberi pengaruh pada pembentukan karakter diri yang diperlukan remaja. Jika keadaan lingkungan tidak baik, maka karakter pribadi yang tidak baik akan turut terserap.

Remaja dan sikap egonya tidak akan bisa dipisahkan, mereka mulai menentang dan akan merasa paling benar dalam segala hal, kestabilan emosi sulit dicapai sehingga emosi dapat berubah-ubah dengan cepat, tidak menentu dan mereka juga mudah marah. Ketidakstabilan emosi membuat remaja sering bersikap spontan sehingga tindakan yang mereka ambil bukanlah pilihan yang matang, akibatnya remaja akan merasa bingung, bersalah, dan begitu terpuruk. Kecerdasan emosi yang rendah pada remaja disebabkan oleh tidak terkendalinya emosi.

Remaja dengan jenis fisik dan perilakunya yang beragam memiliki keunikannya tersendiri. Namun terkadang fisik atau perilaku “ideal” yang didambakan masyarakat tak selalu bisa dicapai, dukungan sering kali hadir untuk mereka yang tidak memiliki fisik atau perilaku ideal. Namun pengecapan buruk terhadap mereka tidak dapat dihindari, bahkan sering kali pelakunya adalah orang-orang yang tidak mengetahui mereka sama sekali, orang yang hanya mencari kepuasan hanya untuk merasa dirinya lebih baik. Jika remaja sudah merasa tersudut, umumnya mereka akan menarik diri dari lingkungannya, merasa rendah diri, tidak berguna dan tidak mampu berbuat apa-apa. Kecerdasan emosi yang rendah akan menuntun mereka pada rasa depresi, gangguan kejiwaan yang muncul secara bertahap dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Selain itu dilihat dari perkembangan yg ada di media sosial saat ini, tampak permasalahan kecerdasan emosi remaja sudah menjadi daya tarik sendiri bagi anak muda lewat munculnya beberapa akun populer di Instagram (follower diatas 1000) seperti @indo_psikologi, @pijarpsikologi, dan @intothelightid yang khusus menyebar informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental, terutama di kalangan para muda. Konten-konten yang dikelola dengan visual-visual menarik menyediakan informasi edukasi masalah kesehatan mental yang mudah dipahami.

Dengan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan mental dan pengembangan kecerdasan emosi. Maka diciptakan buku edukasi populer dengan konten yang menyediakan beragam pertanyaan, kata-kata motivasi dan cerita kecil untuk membantu remaja membentuk karakter diri yang baik. Penciptaan karya buku edukasi ini bertujuan agar remaja yang sedang mencari jati dirinya mampu berinteraksi dengan konten yang dibuat menarik terkait permasalahan ketidakstabilan emosinya melalui aktivitas membaca dan menulis sehingga remaja diharapkan mampu lebih memahami dan menghargai diri sendiri, serta menjadi cerdas dalam memahami diri sehingga dapat menjalani masa remaja mereka dengan positif dan bisa berkontribusi dalam masyarakat, keluarga, lingkungan sekitarnya, dan pergaulan.

Solusi

Rumusan masalah dari perancangan ini adalah bagaimana cara merancang visual ilustrasi dalam buku edukasi yang tidak terkesan seperti buku ilmiah dan menggurui yang dapat bermanfaat bagi kecerdasan emosi remaja?

Konsep Perancangan

Konsep buku ini dibuat adalah sebagai media edukasi dan hiburan populer untuk membantu pembentukan dan pengembangan karakter diri seseorang dengan kecerdasan emosi yang belum stabil, yakni seseorang yang temperamental dan sering merasa malu akan berbagai tindakan yang dilakukannya hingga timbul rasa tidak suka terhadap dirinya sendiri. Buku ini menjadi media yang menenangkan karena di dalamnya terdapat ilustrasi dengan skema warna yang modern, sederhana dan natural sehingga dapat dinikmati sambil bersantai. Buku ini juga dapat menjadi sumber inspirasi untuk memulai perjalanan hidup seseorang ke arah yang lebih baik.

Gagasan Umum.

Perancangan buku dengan judul Asupan untuk si Kusut diperuntukkan bagi remaja pubertas (15-19 tahun) yang sedang mengalami pergolakan emosi dan ceroboh dalam bersikap. Buku ini diciptakan dengan tujuan untuk mengedukasi dan membimbing remaja pubertas membentuk karakter diri yang baik melalui pelatihan pemahaman diri dan pelatihan peningkatan kesadaran akan konsekuensi dari setiap tindakan yang disertai kata-kata pemicu semangat dengan bahasa yang komunikatif. Remaja akan mampu menyalurkan luapan perasaannya dengan cara menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, selain itu remaja akan dikenalkan pada beberapa pengalaman nyata penulis melalui cerita-cerita kecil dengan pesan moral agar mereka dapat kembali bercermin dan memperbaiki sikap yang menurut mereka masih kurang.

Buku yang tidak terkesan menggurui ini memiliki ritme emosi yang tertulis dan tergambar dengan gaya visual yang sering mereka lihat sehari-hari agar mereka mampu mengidentifikasi emosi secara utuh hingga timbul hasrat untuk kembali sadar akan realita kehidupan dan membuat mereka menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Identifikasi emosi ini akan membantu membangun hubungan pembaca dengan konten yang ada sehingga dirasakan kedekatan seperti sedang berbicara kepada seorang sahabat atau salah satu anggota keluarganya. Pola pikir remaja pubertas yang sudah mulai abstrak dan emosi yang sulit dikendalikan akan teralih dengan aktivitas membaca dan menulis ditambah ia akan lebih bijak dalam mengambil tindakan.

Rancangan buku edukasi pengembangan diri ini memiliki ilustrasi yang menunjang kekuatan teks dengan makna tersiratnya. Gaya visual yang dipilih berdasar riset yang telah dilakukan, disesuaikan dengan gaya hidup remaja masa kini yang tampak sering berpakaian trendy, membaca komik dan menonton kartun Jepang, maka kekuatan visual dianggap sudah sesuai target.

Proses Perancangan.

Perancangan dimulai dengan Gagasan Cerita yang dijadikan sebuah Sinopsis yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah Kerangka Isi sebagai sebuah Perencanaan Pembagian Bab untuk buku. Moodboard disusun bersamaan dengan dimulainya proses ini. Setelah ada Kerangak Isi perancangan dilanjutkan dengan membuat storyline dan storyboard. Setelah ada storyboard perancangan masuk ketahap produksi, yaitu perancangan karakter, setting dan ilustrasi pendukung. Berikutnya dilanjutkan dengan perancangan Katern sebagai penjabaran dari Kerangka Isi.

Moodboard.

storyboard

katern sebagai panduan layout

Setelah itu dilanjutkan dengan proses digitalisasi ilustrasi menggunakan software Photoshop

Proses layout dilakukan dengan software InDesign


Daftar Pustaka.

American Psychological Association. 2002. A Reference for Professionals : Developing Adolescents (terjemahan bebas). Washington DC: American Psychological Association.

Case, Robbie. (Ed.). 1991. The mind’s staircase: Exploring the conceptual underpinnings of children’s thought and knowledge. Hillsdale: Erlbaum.

Case, Robbie. 1992. The role of the frontal lobes in the regulation of cognitive development. Special Issue: The role of frontal lobe maturation in cognitive and social development. Brain & Cognition, 20 (1), 51–73.

Case, Robbie. 2010. The Developmental Relations among Mind, Brain and Education. New York: Springer.

Chomaria, Nurul. 2019. WHO AM I (Gali Potensi Tuk Raih Prestasi). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Dewey, J. 1934. Art as experience. New York: Milton Balch.

Fischer, K. W. (1980). A theory of cognitive development: The control and construction of hierarchies of skills. Psychological Review, 87, 477–531.

Fischer, K. W., Bullock D., Rotenberg, E. J., & Raya, P. (1993). The dynamics of competence: How context contributes directly to skill. In R. Wozniak & K. W. Fischer (Eds.), Development in context: Acting and thinking in specific environments (pp. 93–117). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Fischer, K. W., & Bidell, T.R. (2006). Dynamic development of action and thought. Theoretical Models of Human Development. In W. Damon & R. M. Lerner (Eds.), Handbook of child psychology (6th ed., Vol. 1, pp. 313–339). New York, NY: Wiley.

Frick, P. J., & Morris, A. S. (2004). Temperament and developmental pathways to conduct problems. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 33, 54– 68.

Gendlin, E.T. (1962). Experiencing and the Creation of Meaning. New York: Free Press, 1962.

Gerber, N. 2014. The therapist artist: An individual and collective worldview. In M. Junge (Ed.). The identity of the art therapist. Springfield, IL: Charles C. Thomas Publisher, Ltd.

Goldsmith, H. H., Buss, A. H., Plomin, R., Rothbart, M. K., Thomas, A., Chess, S., et al. (1987). Roundtable: What is temperament? Four approaches. Child Development, 58, 505–529.

Goleman, Daniel. 2002. Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel,. Boyatzis, Richard,. & Mckee, Annie. 2002. Primal Leadership (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. 2019. Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Harter, S., & Marold, D. B. (1992). Psychosocial risk factors contributing to adolescent suicide ideation. In G. Noam & S. Borst (Eds.), Child and adolescent suicide. San Francisco: Jossey-Bass.

Harter, S. (1990b). Self and identity development. In S. S. Feldman & G. R. Elliot (Eds.), At the threshold: The developing adolescent. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Hill, C. E., & O’Brien, K. M. (1999). Helping skills: Facilitating exploration, insight, and action. Washington, DC: American Psychological Association.

Hinz, L, & Lusebrink, V. 2009. Expressive Therapies Continuum: A Framework for Using Art in Therapy. Routledge.

Hormon dan fungsi kekebalan: B.S. Rabin et al., “Bidirectional Interaction Between the Central Nervous System and the Immune System”, Critical Reviews in Immunology 9 (4), (1989). Halaman 279-312.

Hughes, Marcia dan Bradford, Tarrell. 2007. The Emotionally Intelligent Team(terjemahan bebas). San Fransisco : Jossey–Bass.

Irwin CE Jr, Millstein SG. 1986. Biophysical correlates of riskstaking behaviours during adolescence. J Adolescent Health Care. 6:935.

Jaffe, M. L. 1998. Adolescence (terjemahan bebas). New York: Wiley.

Kagan, J. (1998). Biology and the child. In W. Damon (Ed.), Handbook of child psychology: (5th ed., Vol. 3, pp. 177–235). New York: Wiley.

Keating, D. P. (1990). Adolescent thinking. In S. S. Feldman & G. R. Elliot (Eds.), At the threshold: The developing adolescent. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Keyes, M.F. 1983. Inward journey: Art as therapy. La Salle, IL: Open Court Publishing Company .

Langer, S. K. 1942. Philosophy in a new key: A study in the symbolism of reason, rite, and art (3rd ed.). Cambridge, MA: Harvard University Press.

Langer, S. K. 1953. Feeling and form: A theory of art. New York, NY: Charles Scribner’s Sons.

Putnam, S. P., Ellis, L. K., & Rothbart, M. K. (2002). The structure of temperament from infancy through adolescence. In A. Eliasz & A. Angleitner (Eds.), Advances in research on temperament (pp. 165–182). Lengerich, Germany: Pabst Science.

Plutchik, R. (2000). Emotions in the practice of psychotherapy. Washington, DC: American Psychological Association.

Robbins, Arthur. 2000. The artist as therapist. Jessica Kingsley Publishers.

Rothbart, M. K., & Bates, J. E. (2006). Temperament. In N. Eisenberg (Ed.), Handbook of child psychology: Vol.3.Social, emotional,and personalitydevelopment.(6thed.,pp.99–166). New York: Wiley.

Rothbart, M. K., & Posner, M. I. (2006). Temperament, attention, and developmental psychopathology. In D. Cicchetti & D. J. Cohen (Eds.), Developmental psychopathology: Vol 2. Developmental neuroscience (2nd ed., pp. 465–501). Hoboken, NJ: Wiley.

Rowe, N.M. 2008. The Healing Power of Creative Expression. In D. McCarthy, Speaking about the unspeakable (pp. 115-129). London: Jessica Kingsley Press.

Santilli, N. R., & Hudson, L. M. (1992). Enhancing moral growth: Is communication the key? Adolescence, 27, 145-161.

Santrock, J. W. (2001). Adolescence (8th ed.). New York: McGraw-Hill.

Saphiro, Lawrence E. (1998). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : Gramedia.

Stone, Karen E. & Dillehunt, Harold Q. 1978. Self Science: The Subject Is Me (terjemahan bebas). Santa Monica: Goodyear Publishing Co.

Striegel-Moore, R. H., & Cachelin, F. M. (1999). Body image concerns and disordered eating in adolescent girls: Risk and protective factors. In N. G. Johnson, M. C. Roberts, & J. Worell (Eds.), Beyond appearance: A new look at adolescent girls. Washington, DC: American Psychological Association.

University of Pittsburgh. 2005. Child and Adolescent Development Resource Book (terjemahan bebas). Pennsylvania: Pennsylvania Child Welfare Training Program.

Younes, Mohammad & Al-Zoubi, Samer. 2015. The Impact of Technologies on Society: A Review Volume 20, Issue 2, Ver. V (terjemahan bebas). Jordan: Ajloun National University.

Zeegen, Lawrance. 2005. The Fundamental of illustration (terjemahan bebas). Switzerland: AVA Publishing SA.


 

Bagikan Pameran Ini

Detail Creator :

Peserta Pameran Lainnya