Pameran Pengajar Seni Murni FSRD IKJ “TITIK TEMU”
Kekacauan berpikir selalu berada dalam ombak besar yang kuat untuk menghadirkan keberadaan setiap permasalahan. Semua terungkap dan terlontar dalam ruang murni yang sulit untuk dicari arus bawahnya. Sehingga permasalahan berputar dalam pusaran ruang murni yang diuraikan dengan keterbukaan ruang jiwa dan pikiran sebagai tataran ruang murni. Tidak diperlukan penjelasan tentang ruang murni itu, tetapi bagaimana kita menyikap permasalahan sehingga menjadi sebuah pengetahuan, sebuah refleksi, koreksi dan perbaikan bagi setiap orang yang menganggap hal itu, perlu dicerna.
Tetapi membangun kesadaran baru, kalau hal itu bukan sebuah permasalahan sebagai katarsis, yang bisa memberikan ruang murni menjadi arena merdeka untuk melepaskan kekacauan permasalahan realitas sosial kehidupan dan kekacaun berpikir. Memang ruang murni bukan sebuah dialetika pemikiran dan pengetahuan murni. Tetapi permasalahan remeh temeh dalam kehidupan realitas sosial budaya masyarakat menjadi medan pemahaman dan persepsi tentang langkah apa saja dalam berkesenian. Ruang murni memberikan sirkulasi ungkapan lebih terbuka, merdeka untuk menemukan artikulasi yang lebih baik serta membangun kesadaran pada perbedaan dan keragaman yang menjadi sebuah instrumen dari titik temu dalam ruang murni.
Proses mengajar dan berkesenian pada dosen seni murni berada pada arena bebas yang menyelusuri sebuah lekuk tubuh permasalahan. Sebagai sebuah pemahaman dan berjalan dalam keberadaan diri selalu berkembang pada ruang murni. Sebagai bentuk warna dan komposisi yang tidak persisi, sehingga ruang murni yang memberikan sebuah titik temu, tak perlu ada sebuah kesepakatan, karena tidak ada keinginan untuk ada kesepakatan dalam berkesenian. Sedangkan titik temu mengajar di ruang seni murni kesadaran bersama sebagai dosen seni murni yang selalu memperjuangkan kreativitas untuk menjadi sebuah titik temu, yang membawa arus kuat untuk meneguhkan ruang murni selalu diperjuangkan dalam berkesenian dalam kondisi apa pun juga.
Pameran “Titik Temu” dosen seni murni merepresentasikan realitas ruang seni murni yang kuat dengan arus kegelisahan yang kadang buat orang lain menjadi sebuah peristiwa kekacauan berpikir. Sehingga arus berputar, yang begitu kuat seolah terasa kehilangan arus bawahnya. Namun ruang seni murni membawa ke permukaan sebagai sebuah say hello, basa basi, sehingga hilang di bawah angin. Kemudian mengembalikan dirinya pada realitas kehidupan masing-masing. Untuk dijalani sebagai mana mestinya manusia pada umumnya menjalani kehidupan dalam kesehariannya. Biarlah titik temu ruang seni murni sebagian jalan yang kebetulan mampir sebentar, lalu berlalu.
Perjalanan dosen seni murni dalam mengajar dan berkarya, dalam hal ini kekaryaan selalu berada pada realitas kehidupan yang penuh ketenangan dan keasikan sebagai sebuah pemikiran yang sangat paradok. Tapi biarlah ruang murni yang mengolah sebagai titik temu, penuh kehangatan dan persahabatan yang ada dalam ruang seni murni. Upaya yang kuat dari dosen seni murni untuk selalu melihat kekaryaan sebagai meta kehidupan, kadang tidak bisa dipahami sebagai bagian dirinya, namun dapat menyadari bahwa hal itu yang harus dijalani. Begitulah kehadiran pameran “Titik Temu” menjadi kekuatan ekspresi dosen seni murni dalam mengajar sebagai sebuah kesehariannya. Untuk membuka sekat kehidupan yang membatasi diri dari sistem dan mekanisme. Kekaryaan dan berkesenian sebuah perjalan seorang yang telah menjadikan seni sebagai bagian hidupnya, kalau belum yang jadikan saja.
Tangerang, 31 Juli 2023
Walid Syarthowi Basmalah
Tri Aru Wiratno
Tri Aru Wiratno
Tantio Adjie
Sukamto
Sukamto
Jimmy Irvan Suhendro
Jimmy Irvan Suhendro
Jimmy Irvan Suhendro
Hilman Syafriadi
Hilman Syafriadi
Hilarius Egedius Sae
Hilarius Egedius Sae
Guntur Wibowo
Firman Lie
Fachriza Jayadimansyah
Fachriza Jayadimansyah
Dolorosa Sinaga
Deny Rusanto
Budi Panca Mulia Tobing
Arryadianta
Agoes Salim
Agoes Salim
Agoes Salim